Sekelumit tentang Aku

Tentang aku

Aku adalah sekeping jiwa labil kala kemelut datang silih berganti
Tak jarang adukan perih pada tempat tak semesti
Perlahan mesti, kurajut niat tulus berbenah diri
Seraya lakukan beberapa contoh dengan tekad kuat dalam hati
Sebab dalam dzahir atau sembunyi, ada Kuasa Mengetahui

Zul Hasibuan adalah nama penaku, sedang nama asli yang diberikan orang tua adalah Ahmad Dasri. Banyak orang bertanya, namanya Ahmad Dasri, kenapa panggilannya Zul? kurasa itu pertanyaan wajar karena tidak adanya kemiripan antara nama asli dengan nama panggilan. Sebetulnya nama itu adalah nama yang diberikan oleh bosku ketika aku bekerja sebagai seorang Salesman sejak Oktober 2003 s.d Desember 2005. Katanya (bos, red), nama itu diambil dari nama salah seorang petinggi di Tapanuli Selatan (Zul Mukhtar), yang karirnya sukses dan sekarang menetap di Amsterdam, Belanda. Bos memberi nama itu padaku dengan harapan suatu saat aku pun bisa meniti karir dengan sukses seperti beliau. Benar atau tidaknya, Wallahu a'lam.  

Aku lahir di Tj. Aro. II, tanggal 23 September 1986. Aku adalah anak bungsu dari 6 orang bersaudara (semuanya laki laki). Aku terlahir dari keluarga petani. Kedua orangtuaku berdarah Batak, Ibu asli Padangsidimpuan, Sumatera Utara dan Bapak asli Gunung Tua, Sumatera Utara.

Masa kecilku sering dibimbing orangtua untuk membaca, terutama membaca koran bekas dan saat usia 5 Tahun, aku sudah bisa membaca dengan fasih sesuai huruf yang tertulis (Semisal Soekarno, aku akan baca dengan Soekarno juga, bukan Sukarno dan juga ejaan Bahasa Inggris). Cita-citaku waktu kecil ingin menjadi pengusaha sukses (dulu aku mengatakannya dengan sebutan "orang kaya"), mungkin karena kondisi keluarga. Usia 7 tahun, aku masuk sekolah di SDN 06 Bahagia Padang Gelugur, Pasaman. Namun tidak berlangsung lama karena saat masih duduk di kelas 1, orangtuaku terpaksa pindah ke Ujung Gading, Kabupaten Pasaman Barat karena kondisi ekonomi keluarga semakin memperihatinkan. Sawah dan ladang habis terjual untuk biaya berobat kakak sulungku yang sakit jiwa (menurut cerita orangtua, kakakku diguna-gunai orang).

Tahun 1999, aku menamatkan pendidikan sekolah dasar, namun saat itu orangtua sudah tidak memiliki biaya untuk menyekolahkanku. Sementara keinginan untuk melanjutkan sekolah sangat kuat. Maka aku pun cari uang sendiri untuk melanjutkan sekolah, mulai dari bekerja di sawah orang, kebun bahkan apapun pekerjaan yang bisa mengasilkan uang dengan jalan yang halal. 

Aku melanjutkan pendidikan ke MTsN Ujung Gading, Pasaman Barat. Biaya sekolah kudapatkan dari beasiswa prestasi. Karena keprihatinan dari para guru di sekolah, mereka sering mengajakku untuk bantu-bantu kerja di sawah atau kebun mereka. Hasilnya, cukuplah untuk biaya makan sehari-hari. 

Tahun 2002, aku lulus dari MTsN Ujung Gading dan melanjutkan ke jenjang SLTA. Orangtua menyarankan agar aku masuk sekolah agama dengan harapan suatu saat bisa menjadi seorang Muballigh. Aku mematuhi nasehat orangtua dan melanjutkan pendidikan ke MAN Lembah Melintang, Pasaman Barat. Saat duduk di kelas 2, aku mulai berpikir tidak akan berkembang kalau sekolah di kampung terus. Aku pun mencoba mengadu nasib (merantau, red) ke kota Padang dengan harapan bisa menambah wawasan dan pendidikan yang lebih bermutu.

Pesan dari Pak Awaluddin, S.Pd (guru bidang studi bahasa Inggris) yang selalu kuingat. Pesannya adalah “The secret of every success is always to catch the opportunity when it appears”. Kunci untuk sukses itu adalah selalu menangkap setiap kesempatan ketika ia muncul.

Biaya transfer sekolah cukup mahal sehingga aku harus mencari tambahan dana untuk bisa melanjutkan sekolah. Nasib baik pun berpihak padaku. Aku mendapatkan pekerjaan sebagai seorang Salesman "under wear". Aku terus mengumpulkan uang dengan harapan bisa melanjutkan sekolah. 

Tahun 2004, akhirnya uang yang kukumpulkan bisa melanjutkan sekolah dan kali ini aku harus memilih sekolah swasta di MA DR. H. Abdullah Ahmad PGAI, Padang. Aku memilih bersekolah di sana, agar tidak terlalu terikat dengan waktu sambil melakukan pekerjaan rutinitasnya sebagai seorang Sales, sekolah sore sering tidak kuikuti untuk bisa cari uang, syukurlah guru-guruku di sekolah memahami keadaanku.

Tahun 2005 aku berhenti dari sales karena ada konflik dengan bos, selanjutnya aku tinggal di mushalla menjadi seorang Gharim (salah satu Mustahiq Zakat) di Mushalla Al-Firdaus, Berok Gunung Pangilun, Padang.

Menjelang tamat sekolah, saat itu ada rekruitment CPNS yang diadakan secara serentak di Sumatera Barat, saat itu ada formasi 1 orang untuk kualifikasi pendidikan SLTP/sederajat dengan formasi "Pengadministrasi Umum" di Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Tak menyia-nyiakan kesempatan, aku pun mengikuti tes. Ternyata ia lolos tes dan diterima sebagai CPNS, selanjutnya ditempatkan di BKD Provinsi Sumatera Barat dari April 2006 sampai sekarang.

Tahun 2007 lalu, aku melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di STMIK Indonesia Padang dan
dan meraih gelar sarjana pada 22 Desember 2012.

Tentang Motivasi menulis, aku suka menulis dan mencintai dunia literasi, kendati belum memiliki pengalaman dalam dunia tulis menulis. Banyak manfaat yang bisa didapat dengan menulis. Dengan menulis, akan membuka cakrawala berpikir, membuat aktivitas yang kurang bermanfaat perlahan bisa ditinggalkan.

Agaknya kurang layak jika aku disebut seorang penulis, sebab untuk istilah-istilah dalam kepenulisan saja masih banyak yang terasa asing di telinga untuk kucerna dengan otakku, apalagi bergelut dengan diksi yang jujur baru saja kuketahui artinya (diksi, red).

Aku bukan orang yang punya segunung imaji saat melihat segala hal yang terjadi di sekitarku, walau hakikatnya itu adalah puisi. Berbicara tentang puisi, maka yang terbayang bagiku adalah rentetan nama tersohor di penjuru negeri ini, seperti Chairil Anwar, Taufik Ismail, HB. Jassin, dll. Namun siapa sangka dan aku pun tidak menyangka, rangkaian kata yang tersusun bisa dikatakan sebuah puisi. 

Rangkaian kata mulai kususun dengan harapan bisa menjadi kalimat bermakna untuk disampaikan, lalu menyusun kalimat ke dalam bait hingga tercipta sebuah puisi. Walau rangkaian kata tidak tersusun rapi, namun bagiku merasa ada kepuasan tersendiri, sebab bisa sampaikan pesan-pesan yang Insya Allah menyimpan makna, walau tidak tersusun dengan apik. Waktu berjalan, kucoba menelaah segala peristiwa yang terjadi lalu menuangkannya dalam sebuah tulisan yang sungguh tidak kusangka pada akhirnya bisa disebut sebagai puisi. 

Aku mengenal dunia tulis menulis khususnya puisi pada Agustus 2012 dan masih berlangsung sampai sekarang. Saat ini sedang mempersiapkan penerbitan buku pertama dalam antologi puisi tunggal “Bidadari Sepanjang Musim”, semoga terlaksana dengan baik. Aamiin

Saat ini aku bekerja sebagai seorang Pegawai Negeri pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan tinggal di Kota Padang. 

Contact Person :
Email: ahmad.dasri@gmail.com

0 komentar:

Followers