Antara Ibu dengan Bakmi

Aug 22

Seorang anak bertengkar dengan ibunya dan meninggalkan rumah. Saat berjalan tanpa tujuan ia baru sadar bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.
Ia melewati sebuah depot bakmi. Ia lapar dan ingin sekali memesan semangkok bakmi.
Pemilik bakmi melihat anak itu berdiri cukup lama di depan depotnya, lalu bertanya
“Nak, apakah engkau ingin memesan bakmi?”
“Ya, tapi aku tidak punya uang,” jawab anak itu dengan malu-malu.
“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu,” jawab si pemilik depot.
Anak itu segera makan. Kemudian air matanya mulai berlinang.
“Ada apa, Nak?” tanya si pemilik depot.
“Tidak apa-apa, aku hanya terharu karena seorang yang baru kukenal memberi aku semangkuk bakmi sedangkan ibuku sendiri telah mengusirku dari rumah. Kau seorang yg baru kukenal tapi begitu peduli padaku.”
Pemilik depot itu berkata 
“Nak, mengapa kau berpikir begitu? Renungkan hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi, nasi dll sampai kamu dewasa. Seharusnya kamu berterima kasih kepadanya.”
Anak itu kaget mendengar hal tersebut. “Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu?
Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal aku begitu berterima kasih, tapi terhadap ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun, aku tak pernah berterimakasih.”
Anak itu segera menghabiskan bakminya lalu ia bergegas pulang. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya berwajah cemas.
Ketika melihat anaknya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Nak, kau sudah pulang, cepat masuk, aku telah menyiapkan makan malam.”
Mendengar hal itu, si anak tidak dapat menahan tangisnya dan ia menangis di hadapan ibunya.
Kadang satu kesalahan, membuat kita begitu mudah melupakan kebaikan yang telah kita nikmati tiap hari.
Sekali waktu kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain untuk suatu pertolongan kecil yang kita terima. Namun kepada orang yang sangat dekat dengan kita, kita sering lupa untuk berterima kasih.

0 komentar:

Followers