Belajar tidak mengenal "Lelah"

Oleh : Ahmad Dasri

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Teman-teman dan sahabat yang saya banggakan, izinkan saya untuk menceritakan kisah berharga yang saya dapatkan hari ini dari seorang bapak yang menurut saya sangat pantas untuk diteladani.
Hari ini, Senin, 03 September 2012, seperti biasa rutinitas pekerjaan didahului apel pagi. Dalam pelaksanaan apel pagi hari ini, pesan yang disampaikan oleh Pembina Apel tidak ada yang baru, masih berkisar itu ke itu juga, mari tingkatkan pelayanan, pekerjaan dan seterusnya. Meski terlambat sekitar 5 menit saya masih bisa mengikuti apel pagi dan rutinitas lainnya terlaksana dengan baik. Alhamdulillah tidak ada pekerjaan yang tertunda, semua bisa diselesaikan dengan baik. Namun sebetulnya bukan itu yang akan saya ceritakan di sini, itu hanya sebagai pengantar saja.
Selesai sudah rutinitas pekerjaan untuk hari ini, saya lihat jam tangan saya waktu menunjukkan pukul 16.00, tandanya jam kantor telah usai. Biasanya saya akan menyempatkan waktu sejenak untuk sekedar bersalam sapa dengan teman-teman di  fesbuk, ngomen status, like status dan mengintip Grup berlabel FORUM AISHITERU MENULIS (FAM) INDONESIA itu sejak 27 Agustus 2012 lalu. Namun kali ini saya berencana untuk pulang lebih awal karena hari ini lumayan melelahkan dari hari-hari biasanya.
Usai shalat Ashar, semua peralatan kerja kurapikan, termasuk komputer juga sudah kumatikan. Saat  bersiap-siap untuk pulang, tiba-tiba saja seorang bapak (namanya sengaja saya privasikan) yang tentunya sudah tidak asing meski sudah cukup lama tidak bertemu datang dan menyapaku dengan ramahnya :
“ Hei Zul apa kabar, udah siap-siap mau pulang ya?” tanya beliau diiringi senyumannya yang  khas
“Eh Bapak, gimana kabarnya pak, iya nih mau siap-siap pulang. Kok baru datang pak?” tanyaku
“Bapak baru pulang ngajar zul, ada undangan sebagai narasumber” jawab beliau
“Eh, ngomong-ngomong bapak mau belajar nih sama zul, bisa nggak? Bapak mau belajar bikin power point (maksudnya membuat slide persentasi untuk bahan ajar), susah kalau minta tolong terus sama orang zul” imbuhnya dengan penuh harap
Rasa salut dan kagum saya buat bapak itu, karena di usia beliau yang akan menginjak 53 Tahun itu, masih terlihat semangat yang seakan tidak pernah pudar untuk belajar, belajar dan belajar.
Mendengar semangat yang begitu tinggi, saya langsung jawab “Oh tentu, dengan senang hati pak” diiringi dengan senyum yang kuusahakan sesimetris mungkin, meski tidak bisa simetris
Dengan raut wajah yang tidak ada kerutan di keningnya, beliau langsung membuka semua peralatan yang diperlukan. Sebelum memulai cara membuat slide presentasi, dia minta saya untuk menyalin semua data-data pentingnya dari flash disk yang berukuran 8 GB itu ke notebook yang baru saja dibelinya siang tadi. Dan setelah semua data dipindahkan, barulah pembelajaran untuk bikin slide presentasi bahan ajar pun dimulai (bikin power point kalau istilah beliau), hehehe J
Pembelajaranpun dimulai, mulai dari cara membuka Windows Explorer, mengenalkan drive, membuka file, menyalin data, sampai cara membuat slide bahan ajar. Namun sedikitpun tidak pernah terlintas di benakku menganggap remeh semua itu, menurut saya wajar saja karena di masa usia beliau dulu Cuma ada mesin tik dan kalau dia mengajar dulu masih menggunakan sejenis lampuu belajar (namanya lupa) yang dipancarkan ke papan tulis sebelum infocus belum begitu populer digunakan saat itu. Beliau terlihat sangat serius, setiap cara-cara yang dipelajari selalu dicatat dalam bukunya dengan pena seharga Rp. 150.000,- itu.
Dulunya beliau pernah memegang beberapa jabatan penting di beberapa instansi pemerintahan di daerah ini, namun karena beberapa hal seperti perampingan SOTK, inpassing dan segala macam tetek bengeknya membuat posisi jabatan bapak kelahiran 10 Oktober 1959 itu jatuh.
Waktu menunjukkan pukul 18.30, kamipun shalat maghrib terlebih dahulu dan melanjutkan pelajaran sambil cerita-cerita. Banyak hal yang beliau ceritakan, mulai dari kisah masa lalunya saat menjadi orang penting di kala itu sampai kondisi beliau saat ini yang sering mengajar sebagai narasumber pada acara Diklat, Bimtek, Sosialisasi dan sebagainya.
Tak terasa hari sudah menunjukkan pukul 20.00, tiba tiba belia terhenyak kaget
“Astaghfirullah zul, udah jam 8 ternyata, waduh bapak minta maaf ya zul, harusnya sekarang zul sudah istirahat di rumah” sesalnya sambil melihatku menampakkan rasa penyesalan
“Sebaliknya saya berterima kasih sekali sama bapak karena hari ini bapak sudah memberikan pelajaran yang amat berharga bagi saya, saya salut dengan semangat bapak meski udah usia lanjut” sahutku dengan nada logat yang berbeda dari biasanya J
“Zul, kenapa kita harus pasrah menerima keadaan, bukankah semua itu tidak akan memperbaik keadaan? Pungkasnya mantap
“Yang telah terjadi biarlah terjadi, kita lakukan yang terbaik untuk diri kita hari ini, jangan tunggu esok karena waktu terus berputar. Kebahagiaan itu tidak akan pernah datang sendiri zul, kitalah yang menciptakan kebahagiaan itu dalam diri kita” tambahnya lagi sambil merapikan dan menyimpan kembali semua peralatan.
Setelah merapikan semua peralatan, kami pun bersiap-siap untuk pulang. Menjelang berpisah di depan kantor yang rubuh akibat gempa bumi 30 September 2009 silam itu, saya terus melihat gontaian langkahnya hingga memacu kendaraannya perlahan menuju perbatasan kota itu.
Sesampai di rumah, setelah mandi dan shalat isya saya langsung buka notebook untuk mengabadikan kisah berharga yang saya dapatkan hari ini dengan harapan semoga bisa menjadi pelajaran dan inspirasi bagi semua yang membaca tulisan ini, terutama untuk saya pribadi. Amin allahumma amin.
Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Padang, 03 September 2012

0 komentar:

Followers