Suka duka Salesman "Under Wear"

Cerpen : Suka duka Salesman "Under Wear"
Oleh Ahmad Dasri

Bumi Allah, minggu kedua di bulan Syawal 1433 H

“Ah ... sudahlah, kalau memang nasib baik takkan kemana” pasrahku dalam hati sambil menghentikan lamunan yang dari tadi membawaku entah kemana, kutenteng tas besar berisi barang dagangan yang hendak kubawa keliling kota itu untuk dijual. “Salesman”, ya .. itulah profesi yang kugeluti saat duduk di bangku sekolah menengah di kota ini, setelah pindah sekolah dari kampungku.

“Assalamu ‘Alaikum kak, buk”, begitu awal pembicaraan yang diajarkan seniorku untuk membuka pembicaraan dengan customer. Ada yang menjawab salam, ada yang diam saja dan bahkan ada pula yang cuek dan tidak menoleh sama sekali.

“Permisi sebentar kak, buk”, “boleh nggak saya minta waktunya sebentar?, ini saya ada bawa perlengkapan untuk keperluan ibuk dan kakak sehari-hari, siapa tau nanti ada minat atau sekedar liat-liat barangkali juga nggak apa apa” kata kata itu selalu kuhafalkan untuk menawarkan barang dagangan pada customer. “Senyum dan sabar jadi modal yang sangat penting” begitu seniorku menambahkan.

Sepulang sekolah, siang itu cuaca cukup bersahabat, kuteguk segelas air putih dan sepotong roti kelapa sambil mengumpulkan energi yang tersisa untuk mencari biaya semesteran yang tinggal seminggu lagi harus dibayar sebagai syarat ujian akhir.
Pampangan, nama sebuah kelurahan kecil di kota itu kuputuskan sebagai sasaran lokasi untuk menjajakan barang daganganku hari itu, emak-emak dan anak gadis yang duduk di beranda rumahnya, entah ngegosip atau sekedar bercengkerama akan menjadi pusat perhatian untuk customer yang akan dihandle karena jenis produk yang dijual umumnya buat perempuan.

Kurogoh saku celana, masih ada lima ribu perak. “Cukuplah untuk ongkos ” pikirku. Sesampai di lokasi, dari Rumah ke rumah aku tenteng tas besar itu berharap ada customer yang membeli, terik matahari bukan main garangnya membakar kulit sawo matangku. Kali ini pandanganku tertuju pada seorang ibuk separuh baya tengah bersantai di halaman rumahnya sambil membaca surat kabar, pagar rumahnya cukup tinggi namun tidak terkunci. Seperti biasa, aku minta izin sama pemilik rumah sebelum masuk.

“Assalamu ‘alaikum” ucapku menyapa.

“Wa ‘alaikum salam” jawab ibu itu sambil menghentikan bacaannya dan melihat ke arahku.

“Ada apa dik, silahkan masuk” tambahnya lagi dengan ramah.

Aku buka pintu pagar rumahnya yang tinggi itu dan menutupnya kembali lalu masuk untuk menemui. Baru berjalan sekitar tujuh atau delapan langkah ke depan, tiba tiba dua ekor anjing herder menggonggong ke arahku bahkan langsung mengejarku. Saking takutnya, tanpa pikir panjang aku langsung melempar tas besar lagi berat itu ke luar pagar dan langsung melompat pagar dan berlari sekencang-kencangnya. Kuurungkan niat untuk kembali ke rumah itu meski pemilik rumah itu sudah mengusirnya. Setelah berlari beberapa jauh dari rumah itu “Kok bisa ya, pagar setinggi itu bisa kulompati dan tas seberat ini terasa ringan seketika” pikirku dalam hati, heran.

Seminggu berlalu menjelang ujian akhir, Alhamdulillah biaya semesteran bisa dilunasi dan aku bisa mengikuti ujian akhir seperti teman-temanku yang lain. Uhhh ... Lega sekali rasanya, smile ... :)

Minggu depan Raport dibagikan, kali ini tidak akan lagi seperti biasanya waktu belajar di bangku Sekolah Dasar, mamak (Ibu) akan datang ke sekolah mengambil raportku, mamak akan belikan hadiah 1 buah tas kalau aku meraih Juara I, 1 kodi buku paperline kalau meraih Juara II, dan sebutir telur ayam plus “upa upa” (culture batak) kalau dapat Juara III, tapi perjalanan waktu menuntutku berperan lebih menghadapi semuanya, aku harus tetap mengukir prestasi tanpa mamak disampingku.

Sebuah piala mungil kuterima dari kepala sekolah. Sedih namun bahagia suasana hati bercampur saat itu. betapa tidak, kali ini bukan mamak yang terima. “Mak, andai mamak ada disini, aku akan kasih piala ini untuk mak” gumamku dalam hati. Tangisan tak mampu kubendung saat menerima piala itu, disambut peluk hangat dari Ibu Kepala Sekolah yang mencoba menghentikan tangisanku.

2 komentar:

tamoama said...

perjuangan yang dijalankan tanpa kenal menyerah akan diberkati oleh T UHAN

Unknown said...

Insya Allah

Followers